Kamis, 29 September 2011

Membingkai Nafsu Dengan Ketaatan



“Kalau tak ada tempat bagi nafsu, maka pasti tak ada orang yang melalukan perjalanan kepada Allah. Sebab tanpa ada nafsu itu, tak ada lagi jarak  yang memisahkan engkau dan Allah, dan juga tidak ada sekat yang harus dibuka antara engkau dan Allah.” (Kitab AlHikam)

Setiap orang memiliki hawa nafsu dalam dirinya karena hal itu merupakan  kehendak yang ada dalam jiwa.Nafsu yang kita pahami adalah dorongan-dorongan kepada  keinginan yang rendah menjurus kepada hal-hal yang negatif

Allah SWT menciptakan nafsu sebagai sebuah karunia, diantara dua karunia lainnya yaitu akal dan perasaan. Ketiga karunia ini harus seiring dan sejalan, satu sama lain tidak mendominasi sehingga tidak ada keseimbangan/Tawazaun.


Akibat dari ketidakseimbangan, nafsu sering kali mendominasi manusia sehingga wajar banyak kejadian-kejadian seperti korupsi oleh para pejabat, kebohongan-kebohongan para pemimpin kepada rakyat,pengadilan sesat,tawuran pelajar,kerusuhan,pemerkosaan dalam angkot,bunuh diri dan lain-lain. Dengan dominannya nafsu hingga nampak manusia seperti binatang yang tidak menjalankan fungsi akal dan perasaan.

Salah seorang sahabat nabi yaitu Malik bin Dinar ketika sakitnya (sakit menemui ajalnya), di pembaringannya terdetik di pikirannya untuk menikmati segelas madu dan sekeping roti. Tidak beberapa lama kemudian datang lah pembantunya membawa apa yang menjadi hajatnya tadi. Segelas madu dan sekeping roti itu ia pegang selama 30 menit. Kemudian ia berkata "wahai nafsuku, engkau telah kuat bertahan selama 30 tahun (karena umurnya 30 tahun), kenapa kau tidak sanggup bersabar hanya dalam beberapa menit(karena beliau merasa akan segera meninggal dunia ketika itu)?". Hingga akhirnya ia meninggal dunia. Segelas madu dan sekeping roti tadi tidak jadi ia nikmati, karena ia menganggap itu adalah tuntutan nafsunya yang berlebihan. Sebuah pembelajaran positif bagaimana mensikapi nafsu.

Marilah kita bingkai nafsu yang bersemayam dalam diri kita dengan ketakwaan kepada Allah sebagaimana pada bulan Ramadhan yang lalu kita bisa mengendalikan nafsu dengan berpuasa dan aktivitas-aktivitas ketaatan kepada Allah.

Nafsu berada diantara nikmat dan rahmat Allah SWT. Seperti apa yang dikatakan oleh Ibnu Atha’illah as-Sakandari dalam kitab Al Hikam seperti mukadimmah yang ditulis diatas.  Ini membuktikan, bahwa  Allah Ta’ala menciptakan segala sesuatu itu tidak sia-sia, semuanya mengandung hikmah dan manfaat, termasuk nafsu.
Wallahu a’alam bishawwab.

Kartika Wanasari,29 September  2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar