“Kalau tak ada tempat bagi nafsu, maka pasti tak ada orang
yang melalukan perjalanan kepada Allah. Sebab tanpa ada nafsu itu, tak ada lagi
jarak yang memisahkan engkau dan Allah,
dan juga tidak ada sekat yang harus dibuka antara engkau dan Allah.” (Kitab
AlHikam)
Setiap orang memiliki hawa nafsu dalam dirinya
karena hal itu merupakan kehendak yang
ada dalam jiwa.Nafsu yang kita pahami adalah dorongan-dorongan kepada keinginan yang rendah menjurus kepada hal-hal
yang negatif
Allah SWT menciptakan nafsu sebagai sebuah
karunia, diantara dua karunia lainnya yaitu akal dan perasaan. Ketiga karunia
ini harus seiring dan sejalan, satu sama lain tidak mendominasi sehingga tidak
ada keseimbangan/Tawazaun.
Akibat dari ketidakseimbangan, nafsu sering
kali mendominasi manusia sehingga wajar banyak kejadian-kejadian seperti
korupsi oleh para pejabat, kebohongan-kebohongan para pemimpin kepada rakyat,pengadilan
sesat,tawuran pelajar,kerusuhan,pemerkosaan dalam angkot,bunuh diri dan
lain-lain. Dengan dominannya nafsu hingga nampak manusia seperti binatang yang
tidak menjalankan fungsi akal dan perasaan.
Salah seorang sahabat nabi yaitu Malik bin
Dinar ketika sakitnya (sakit menemui ajalnya), di pembaringannya terdetik di
pikirannya untuk menikmati segelas madu dan sekeping roti. Tidak beberapa lama
kemudian datang lah pembantunya membawa apa yang menjadi hajatnya tadi. Segelas
madu dan sekeping roti itu ia pegang selama 30 menit. Kemudian ia berkata
"wahai nafsuku, engkau telah kuat bertahan selama 30 tahun (karena umurnya
30 tahun), kenapa kau tidak sanggup bersabar hanya dalam beberapa menit(karena
beliau merasa akan segera meninggal dunia ketika itu)?". Hingga akhirnya
ia meninggal dunia. Segelas madu dan sekeping roti tadi tidak jadi ia nikmati,
karena ia menganggap itu adalah tuntutan nafsunya yang berlebihan. Sebuah
pembelajaran positif bagaimana mensikapi nafsu.
Marilah kita bingkai nafsu yang bersemayam
dalam diri kita dengan ketakwaan kepada Allah sebagaimana pada bulan Ramadhan
yang lalu kita bisa mengendalikan nafsu dengan berpuasa dan aktivitas-aktivitas
ketaatan kepada Allah.
Nafsu berada diantara nikmat dan rahmat Allah
SWT. Seperti apa yang dikatakan oleh Ibnu Atha’illah as-Sakandari dalam kitab
Al Hikam seperti mukadimmah yang ditulis diatas. Ini membuktikan, bahwa Allah Ta’ala menciptakan segala sesuatu itu
tidak sia-sia, semuanya mengandung hikmah dan manfaat, termasuk nafsu.
Wallahu a’alam
bishawwab.
Kartika Wanasari,29 September 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar