Selasa, 06 September 2011

“BURAYOT” Oleh-oleh Mudik Lebaran



By: sahabatbaik

Salah satu hidangan kue tradisional dihari lebaran keluargaku adalah Burayot, sebuah makanan kampung yang sangat digemari oleh saudara dan kerabatku dari kota. Bila mereka datang langsung menanyakan kue itu. Burayot adalah penganan sederhana yang terbuat dari dua jenis yaitu tepung beras dan gula aren.

Awalnya saya mengira Burayot ini hanya dibuat oleh keluargaku saja tapi ternyata ketika aku berjalan-jalan  ke kota Garut. Ternyata Burayot juga dijual sebagai oleh oleh khas Garut, namun di pajang terhimpit diantara kue-kue lain. Memang Burayot ini kalah populer atau bahkan banyak yang tidak tahu dan mengenalnya, orang lebih banyak mengenal oleh oleh dari Garut adalah Dodol Garut sehingga Garut lebih dikenal sebagai kota dodol.


Saat ini dodol telah  berinovasi untuk melawan kebosanan orang terhadap oleh-oleh khas Garut  yaitu dibuatnya dodol dengan aneka rasa buah. Bahkan dari dodol telah tercipta  produk baru bernama Chocodot (baca: cokodot) sebuah gabungan antara dodol yang dilapisi coklat dan Brodol brownies isi dodol sehingga dodol menjadi lebih berkelas. Inilah mungkin yang membuat Burayot tidak seterkenal penganan khas garut yang lainnya.

Burayot masih menjadi camilan keluarga dengan pembuatan yang sederhana. Menurut kakakku yang membuat kue tersebut, caranya adalah dengan menggodok gula aren sehingga cair. Gula yang digunakan pun harus gula aren kalau gula merah biasa maka akan merubah rasa dan warna,mungkin jadi kurang nikmat dan lezat. Setelah gula aren mencair lalu di tuang kedalam adonan tepung beras dan santan. Tepung berasnya pun harus yang asli tepung beras serta tepung yang masih baru digiling atau ditumbuk. Jika tepungnya bukan beras atau telah disimpan berhari hari maka akan merubah rasa dan kelezatannya.

Setelah semuanya tercampur maka adonan itu di aduk dan dibuat bentuk bulat pipih tidak terlalu besar mirip martabak telor tapi tidak terlalu tipis karena akan mengembang. Lalu di goreng dengan minyak yang cukup banyak dan menggorengnya satu persatu dengan cara disiram sambil ditusuk dengan bilah bambu yang lancip maka tepungnya akan menggelantung/menggelayut kebawah atau dalam bahasa sundanya ngaburayot. Mungkin inilah sebabnya  kue ini dinamakan Burayot.

Sayangnya Burayot ini tidak diproduksi secara massal hanya dibuat sebagai kue rumahan untuk hidangan lebaran. Jadi terkesan kue ini adalah kue kampungan dan tidak berkelas. Padahal apabila ada yang mau melestarikan burayot yang merupakan kue warisan dari ”karuhun” sebagai kue khas dari Garut maka segeralah membuat inovasi menjadi  ”kueh burayot” rasa buah atau burayot rasa coklat sehingga kue ini tidak hilang dari peredaran.

Buat teman-teman yang ingin merasakan  ”sensasi” kelezatan kue burayot silahkan datang kegarut, karena tidak diproduksi secara massal maka burayot yang saya bawa tidak banyak secukupnya itupun harus berbagi dengan saudara yang lain (he...he...he...). Jadi tidak rugi kalau datang langsung ke Garut disamping mencicipi Burayot kita juga bisa membeli oleh-oleh lain yaitu chocodot dan brodol. Dan kita juga bisa berwisata ke Candi Cangkuang dan Situ Bagendit yang tidak jauh dari kampungku, Cijaliti Kecamatan Leuwigoong. Walahu a’lam.

Leuwigoong, 1 September 2011
www.sahabatbaik.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar