Yuk Kita Wisata Kuliner dan Jalan Jalan Sore (JJS) di Perumahan Gramapuri Cibitung

Reportase: sahabatbaik

Bagi warga Cibitung yang yang berdomisili di Kelurahan Wanasari sudah barang tentu  tahu dan hapal kalau setiap sore hari, baik hari kerja biasa ataupun libur mingguan terlebih ketika akhir bulan bertepatan dengan diterimanya gaji para karyawan maka tak ayal kemacetan disepanjang Jalan Bosih Wanasari semakin menjadi-jadi yang berpangkal di depan perumahan Gramapuri atau biasa  warga menyebutnya GP.

Entah sejak kapan mulai ramainya para pedagang di GP yang pasti saat ini hampir semua ruas jalan masuk di perumahan itu di penuhi oleh para pedagang dengan aneka ragam dagangan. Dari makanan tradisional, empek empek palembang 'wong kito' yang rasanya lumayan enak dan membuat kita ketagihan, kemudian Batagor Bandung, Jagung rebus, Es Bliz, bahkan lauk pauk untuk makan pun tersedia dari berbagai daerah, ada masakan Padang, Masakan Sunda seperti Pepes Oncom, Karedok dan aneka ragam menu masakan Jawa ada Buntil, Gudeg, Krecek, Oseng oseng Tempe,dll.

Aneka jenis bakso pun ada sini dari Bakwan Malang, Bakwan Ngawi, sampai bakso sebesar bola tenis disamping ruko dengan sensasi rasa daging  bakso yang sangat nikmat dan makyuss… Untuk makanan yang agak modern dengan model penjualan Waralaba ada aneka fried Chicken, Roti Burger, Arabican Kebab dan Kebab Turki Abdul Azis yang menjadi camilan favorit keluarga kami. Jadi wajarlah kalau tiap sore selalu macet karena banyak warga Cibitung khususnya warga Wanasari yang ingin berwisata kuliner dengan murah meriah ataupun sekedar cuci mata jalan jalan sore (JJS). 

Bagi mereka para pencinta otomotif, pedagang helm dan asessoris motor serta mobil bertebaran disekitaran Gramapuri. Buat mereka yang ingin memiliki motor baru tampak sales motor Honda begitu aktif menawarkan dagangannya, sekali kali mereka menampilkan musik dang dut untuk menarik konsumen. Bahkan yang hobi membaca pun dapat membeli buku disini karena ada beberapa pedagang buku yang berjualan, saya  pun pernah mendapatkan buku buku jadul karangan Buya Hamka yaitu Lembaga Hidup dan Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk,  karena pedagang itu tahu bahwa buku ini langka walaupun dengan cover yang sudah sobek tetapi  dihargai sangat mahal sehingga saya hanya membeli satu buku saja yaitu Novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijk.

Untuk orang tua yang membawa anak jangan khawatir para pemilik kuda sewaan dan odong odong telah memanfaatkan momen ini. untuk satu kali putaran naik kuda cukup bayar lima ribu rupiah. Bahkan ada arena khusus bermain yaitu sebuah ruko yang di modifikasi jadi tempat bermain anak anak, ada kereta mini, bombom car, Mandi Bola dan sebagainya.

Untuk pecinta Fashion inilah surga aneka busana dari kelas kaki lima sampai kelas mall sampai butik dan FO (Factory Outlet ) tersedia disini. Aneka buah buahan juga tersedia disini. Untuk barang-barang yang lain seperti Handphone, Komputer dan Dvd serta Alat-alat rumah tangga pun tersedia. Ada tiga Mini Market yang dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga. Lengkap sudah kawasan Gramapuri menjadi tempat belanja yang One Stop Shopping.

Dengan adanya keramaian seperti ini lantas bagaimana sikap warga Perumahan Gramapuri sendiri ?.

Walau tidak mewakili secara keseluruhan saya mencoba bertanya kepada beberapa teman yang berdomisili di Perumahan Gramapuri. Secara umum mereka suka dengan adanya keramaian seperti itu karena mereka tidak perlu pergi jauh bila ingin membeli sesuatu.

Bahkan ada sebagian diantara mereka warga Gramapuri sendiri menjadikan keramaian itu sebagai sarana untuk mencari  nafkah tambahan, seperti yang saya tanyakan kepada pedagang Kebab Turki ternyata warga perumahan Gramapuri sendiri, adapula beberapa teman yang menjadi korban PHK memanfaatkan  tempat tersebut untuk mencari nafkah utama.

Namun disisi lain Warga Gramapuri sendiri merasa kenyamanan,keamanan dan privasi mereka terganggu dengan adanya keramaian itu. Sehingga menjadi sebuah dilema tersendiri buat mereka.

Kini seiring dengan dibangunnya beberapa lahan yang kosong oleh pengembang perumahan, para pedagang semakin tergusur dan mereka pasrah tidak tahu hendak pindah kemana, hal ini seperti yang dituturkan pedagang nasi gudeg kepada saya.

“Yuk sebelum pedagang tergusur kita nikmati wisata kuliner sederhana dan murah meriah. Oh, ya bagi mereka yang ingin mencari sarapan pagi, maka datanglah ke Gramapuri. Di saat itupun banyak pedagang yang akan mengisi perut anda ketika sudah mulai “bermusik keroncongan” di pagi hari seperti ada dua orang penjual Sego Pecel Madiun, Nasi Kuning Sumedang, Bubur Ayam, Kupat Tahu Bandung, Lontong Sayur, nasi Gudeg, Nasi Padang, Nasi Uduk, Ketoprak ane kue-kuehan, dan lain-lain.
Wallahu a’lam.

Cibitung, 26 Desember 2011