Jumat, 26 November 2010

MEMBACA BUKU Tradisi ilmiah yang hilang

By: Sahabat Baik

Suatu hari ketika saya pergi ke minimarket secara kebetulan saya bertemu dengan seorang teman yang sedang mengantri pada sebuah ATM.Pada kesempatan itu saya menanyakan kabarnya,karena sudah cukup lama juga kami tidak pernah bertemu walaupun kami tinggal diwilayah kecamatan yang sama. Kawan saya ini dulu adalah  seorang pebisnis buku-buku agama.Hal itu dilakukan sebagai sambilan saja,karena pekerjaan dia yang sebenarnya adalah karyawan disebuah pabrik sebagai mana halnya saya.

Saya merupakan pelanggan buku yang dia jual walaupun dengan pembelian secara kredit atau tempo karena kita sama sama tahu bagaimana ekonomi seorang karyawan pabrik.Saya sendiri sudah lama tidak membeli buku melalui dia sebab kami sudah kehilangan kontak no hp/Telepon dan saya sendiri sudah tidak tahu apakah dia masih berjualan buku atau tidak.

Ada hal yang menarik ketika saya menanyakan apakah dia masih berjualan buku.Dia menjawab bahwa dia sudah tidak berjualan buku lagi dikarenakan para Ikhwah/aktivis dakwah saat ini sudah tidak lagi menjadikan buku sebagai kebutuhan sebagaimana dulu.Dia mengatakan ”Kalau antum gak percaya coba aja antum cek hampir semua toko buku di Kabupaten Bekasi yang milik Ikhwah kita pada tutup” sambil menyebutkan beberapa toko buku.Betapa kagetnya saya ketika dia menyebutkan toko-toko buku yang sekarang ditutup.

Atas jawaban teman tersebut saya jadi berpikir sejauh itukah para ikhwah telah melupakan tradisi ilmiah membaca buku,padahal membaca buku adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi seorang aktivis dakwah.

Sungguh naif apabila kita meninggalkan tradisi membaca.Buku itu adalah rumah pengetahuan,pintu perenungan.Sedangkan jendelanya adalah menbaca.Dengan merenung manusia mendapatkan kearifan,dengan membaca jiwa terpuaskan dan akal tercerahkan.

Jika ilmu adalah pilar utama dakwah,maka membaca merupakan pilar utama ilmu.siapa yang ingin mendapatkan ilmu,dia harus banyak membaca.

Jika tradisi membaca buku kita tinggalkan,sampai kapan cita cita besar umat Islam memandu peradaban dunia-ustadziyatul'alam-bisa kita wujudkan?
Wallahu’alam

Kartika Wanasari
Rabu,24 November 2010/18 Dzulhijjah 1431 H

Senin, 08 November 2010

BERITA GEMBIRA

By: Sahabat Baik

Sebagai bukti tanda cinta Allah kepada makhluk-Nya,maka Allah menguji seorang  mukmin dengan berbagai hal,dengan kesenangan,harta,jabatan,wanita, anak istri,rasa sakit dan sebagainya.Namun kadang manusia tidak menyadari akan hal itu semua terutama ketika diuji oleh sebuah kesenangan.Diberi sakitpun manusia kadang masih tidak menyadari bahwa itu adalah sebuah ujian.Entah manusia seperti apa yang begini nih.

Kesabaran adalah salah satu kunci ketika kita menghadapi sebuah musibah yang bisa jadi musibah itu adalah ujian dari Allah.Bagi seorang mukmin adalah hal yang mudah ketika mendapatkan musibah karena Allah telah memberikan panduan dalam Al Qur’an untuk menentramkan hati dari rasa galau dan gelisah,yaitu dengan berdzikir senantiasa menyebut Asma Allah,Tahlil,Takhmid dan takbir.Dan juga sebaik-baiknya Dzikir adalah membaca Qur’an.

Alhamdulillah Ya Rabb,mungkin itu kata-kata yang pertama kali ketika aku mendengar sebuah berita gembira yang dikabarkan oleh bosku tiga hari setelah aku kembali bekerja.Betapa tidak setelah kurang lebih satu bulan didera oleh rasa sakit,sampai-sampai aku harus merasakan dua kali masuk rumah sakit sepanjang karir hidupku.Padahal dulu aku pernah berkata kepada diriku sendiri bahwa aku tidak ingin masuk/ dirawat dirumah sakit namun ternyata takdir berkata lain akhirnya masuk juga.

Allah telah membuktikan janji kepada seorang hamba dengan rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka.Semoga  anugrah ini  tidak akan menjadi ujian buatku,karena ujian itu bisa juga sebuah kesenangan,jabatan,karir kenaikan  gaji dan sebagainya.

Aku tuliskan berita gembira ini untuk berbagi kebahagian kepada teman-temanku,bukan untuk sombang atau riya,Nauzubilah.aku teringat sebuah tausyiah seorang ustadzku yang berkata sambil mengutip ayat Al qur’an surat Ad-Dhuha ayat 11
  
11. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan.


Mudah-mudah ini menjadi sebuah I’tibar untuk kita semua agar kita sehingga kita selalu menjadi hamba Allah yang senantiasa bersyukur ,Amin.Wallahu’alam