Selasa, 07 Juni 2011

Bapak Pemulung Tua

by :sahabatbaik

Langkah tertatih-tatih menyusuri setiap bak sampah dari rumah kerumah. Guratan kehidupan melukis semburat di wajahnya penuh warna yang hampir pudar dimakan usia. Kereta tak bermesin setia menemani setiap langkahnya menyusuri bak sampah, mengais tumpukan benda tak berguna.Terik seakan tak mengusik raganya.

Sampailah dia dihadapanku yang sedang mencuci motor Honda, Segera aku menyapanya sebelum dia membuka senyum, "Assalamualaikum, bagaimana kabarnya pak udah lama gak lewat sini".  "Waalaikumsalam" jawabnya dengan napas yang Agak berat karena pernah bercerita bahwa dia mengidap penyakit asma. "habis ga enak mau lewat sini,karena sudah jalur orang lain". Sebuah jawaban yang aku tidak mengerti. Kemudian dia menjelaskan bahwa setiap gang/RT diperumahan sudah menjadi jatah setiap pemulung tanpa dia tahu apa dasar pembagian wilayah tersebut.


Ya, memang sudah beberapa hari ini aku sering melihat makin banyaknya pemulung di sekitar perumahanku, dari yang anak-anak sampai yang muda bahkan ironisnya banyak berusia sepuh dan tampaknya lebih tua dari sang bapak pemulung tersebut.

Seperti biasa kami akrab berbincang-bincang  dengan lelaki tua tersebut, sambil menunggu istriku menyiapkan barang-barang bekas yang tidak terpakai untuk diberikan kepadanya. Dari setiap obrolan selalu saja dia curhat mengenai kondisi kehidupan yang tidak pernah berubah. Aku hanya bisa mendengar dan berempati, menggali hikmah dari perjalan sang bapak pemulung tua tersebut.

Dari perbincangan itu mengingatkan aku akan tausyiah pekanan dari seorang ustadz. Tentang kehidupan dan kematian yang merupakan sebuah misteri. Kapan dan dimanakah kita akan mati, apakah kita mati akan dengan khusnul khatimah atau su'ul khatimah. Allah yang menentukan ajal manusia dan tidak diketahui oleh pemiliknya. Seperti hal kejadian yang dialami oleh Ustadzah Yoyoh Yusroh semoga Allah melimpahkan rahmat kepadanya.

Sang ustadz menyitir sebuah ayat Al Qur’an surat Ali Imron ayat 185 :
 Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan

Sebagaimana halnya kematian Kehidupan juga penuh misteri.  Fenomena-fenomena dalam kehidupan tidak ada yang abadi, Allah pembuat skenario sutradara dari kehidupan kita Karenanya kita hanya dituntut untuk selalu beramal dan beramal.  Jika kita didunia hidup sukses dalam ketaatan kita kepada Allah dengan menjadi hamba Allah yang bertakwa maka itu adalah pintu gerbang menuju kesusksesan diakhirat.

Ali bin Abu Thalib berkata, "Kunci takwa itu ada empat. Pertama, al-khaufu minal jaliil (takut kepada Yang Maha Agung). Kedua, al'amalu bit Tanziil (mengamalkan wahyu yang telah diturunkan). Ketiga, al-Qanaa' atu bil qaliil (merasa puas dengan apa yang ada meski sedikit). Keempat, al-isti'daadu liyaumir rahiil (menyiapkan diri untuk hari kemudian)."

Bapak pemulung tua itu mengucapkan terimakasih atas cerita nasihat dari ustadzku dan juga berterimakasih kepada istriku yang telah memberikan barang-barang yang sudah tidak berguna buatku tapi bermanfaat untuknya. Kami pun berpisah dengan saling mendo’akan agar kita tetap sama-sama istiqomah dalam ketakwaan kepada Allah pada kondisi apapun.

Kartika, 6 Juni 2011,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar