By: sahabatbaik
Dalam Sebuah wawancara di acara
infotainment Ustadz Solmet (Sholeh Mahmud)
mencucurkan air mata ketika digosipkan
membeli sebuah rumah mewah seharga puluhan juta rupiah. Dia membenarkan telah
membeli sebuah rumah yang memang akan
diberikan kepada kedua orang tuanya sebagai wujud dari rasa terimakasih kepada keduanya yang selama ini
telah melahirkan,merawat dan mendidiknya. Di Lain
Waktu pada acara yang sama, Ibu dari Ayu
Ting-Ting seorang artis yang sedang naik daun, dengan mata yang berkaca-kaca
dan diselingi isak tangis mengungkapkan rasa senangnya ketika sang anak
memiliki keinginan kuat untuk membahagiakan orang tuanya dengan membelikan
sebuah mobil dan merencanakan untuk pergi haji.
Alangkah bahagianya orang tua manakala sang
anak memiliki keinginan kuat untuk membahagiakan orang tua Ketika kondisi
ekonomi dan karir si anak sedang meningkat. Kebahagiaan adalah sesuatu yang
abstrak dan hanya bisa dirasakan oleh
suasana batin seseorang Karena itu tidak selamanya kebahagiaan diukur dengan
materi. Masing-masing orang tua dan anak
memiliki cara sendiri-sendiri untuk dibahagiakan dan membahagiakannya.
Kalaulah dulu dalam cerita rakyat sebagaimana
kita ketahui ending dari kisah Malin Kundang yang dikutuk menjadi batu karena
durhaka akibat tidak mau mengakui orang tuanya.
Mungkin lain cerita ketika di era reformasi Malin Kundang menjadi anak yang berbakti
kepada orang tua seperti ending cerita dibawa ini.
Ketika
melihat seorang wanita tua yang sedang duduk diteras rumah seperti sedang menunggu
seseorang, segera pula lelaki yang tampan dan gagah itu keluar dari kendaraannya diiringi oleh seorang wanita dan dua anak
laki-laki kecil dengan wajah kembar identik.
Rasanya
tak kuat lagi kerinduan dari sang laki-laki itu untuk segera bersimpuh dan
memeluk sang ibu tercinta, “Ibuuuuu......”
teriaknya tanpa sadar ada dalam perhatian sang istri dan
anak-anaknya. Wanita tua tua yang duduk
dalam teras rumah itupun terkaget mendengar teriakan dari
suara yang sangat dihapalnya
walaupun bertahun-tahun telah
pergi merantau ke sebuah negeri di
eropa dan hanya berbagi cerita melalui facebook
serta alat
komunikasi lainnya.
Terkesima
wajah sang ibu ketika melihat anak tercintainya yang telah sukses
menjadi pengusaha diluar negeri dan pulang ke tanah air untuk menemui ibunya. Dengan segenap rasa cinta dan kasih sayangnya
dia panggil sang anak “Maliiiiin....anakku”. Sambil ber cucuran air
mata sang ibu meremas-remas kepala anak yang dicintainya, sementara sang anak
yang bersimpuh dikaki sang ibu tak kuasa menahan tangisnya karena rindu kepada
sang ibu.
Tak jauh
dari mereka nampak Aisha seorang wanita
dengan wajah cantik karena percampuran dari seorang ayah warga Jerman dan ibu dari Turki. Tak kuasa pula dia menahan air
mata dibalik jilbab dan cadar yang dia kenakan ketika menyaksikan sang suami
bertemu dengan Ibunda yang sering
diceritakannya. Sementara dua anak
laki-laki kembar berumur tiga tahun dan berambut keriting serta berwajah indo
agak mirip sang ayah, dengan wajah polos mereka menyaksikan adegan tersebut
sambil berpegangan pada kedua kaki sang ibu. Sesekali mereka berkata lugu
“Mommy...what happen?...,Daddy.
( Cerita ini dibuat
ketika mengikuti workshop penulisan fiksi Asma Nadia, Masing-masing peserta
ditugaskan untuk membuat ending cerita malin kundang menurut versinya sendiri)
Wallahu a’lam
Kartika Wanasari, 17 Oktober 2011,
Jika tulisan tsb sudah bisa membawa pikiran pembaca dan hanyut dalam susunan kata penulis,menandakan sudah berkwalitas.Lanjutkan !
BalasHapus