Selasa, 11 Januari 2011

Pemberdayaan simpatisan



(Tulisan ini dibuat dalam rangka lomba opini Muscab DPC PKS Kec Cibitung)
By : Sahabat Baik
www.sahabatbaik.blogspot.com

Sebagai Bagian dari kader PKS Cibitung perkenankan penulis turut bersumbangsih memberikan sebuah opini dalam rangka Musyawarah Cabang Partai Keadilan sejahtera  Kecamatan cibitung.

Kalau mau dirinci sebenarnya cukup banyak hal yang perlu dibahas mengenai kondisi dakwah di Cibitung, dari persoalan kader Internal Maupun persoalan simpatisan. Namun untuk persoalan kader secara internal tidaklah terlalu sulit tapi bukan berarti mudah. Karena setiap kader internal pada umumnya mereka telah mengikuti kegiatan taklim pekanan atau yang terbiasa kita sebut liqo. Sehingga persolan kader internal terdistribusi melalui halaqoh-halaqoh yang mereka jalani setiap pekan.

Yang menjadi persoalan buat DPC adalah bagaimana kita memberdayakan para simpatisan. Alangkah naifnya kita hanya memerlukan para simpatisan hanya pada saat masa kampanya pemilu maupun pemilukada. Kita adalah partai kader bukan partai massa itulah yang selalu didengung-dengungkan oleh para Qiayadah. Disamping itu para simpatisan saat ini mereka semakin cerdas seiring makin banyaknya pemilukada dan pembelajaran politik dari media massa.

Karena hal tersebut tidaklah mungkin kita mengandalkan massa mengambang atau mengharapkan swing voters. Justru saat ini kita harus  berupaya untuk memberdayakan atau me-riayah  para simpatisan agar mereka memiliki rasa keterikatan. Hal ini juga menjadi amanah kita para kader untuk turut serta dalam perekrutan kader baru.

 Sedikit berkaca pada sebuah kisah yang  terjadi ketika masa pemilu nasional 2009.Dimana sebuah wilayah didesa Sarimukti sejumlah pemilih yang tidak berdaya dengan kebebasan memilih yang seharusnya mereka bisa dimanfaatkan oleh para kader  pada struktur Dpra untuk memilih kita atau berpihak kepada kita, namun kenyataan yang terjadi mereka terjerat sebuah sistim keuangan ribawi oleh seorang  rentenir yang juga seorang caleg non muslim dari partai non muslim sehingga mereka bisa dimanfaatkan oleh sang rentenir tersebut untuk memilih dirinya sebagai caleg pilihan mereka.Betapa mirisnya kita mendengar kisah tersebut.

Seiring berlalunya pemilu,kita semua melupakan kisah tersebut dengan sebuah ketidakberdayaan dan tanpa usaha yang kongkrit untuk mengatasi hal tersebut.Padahal bisa jadi sang rentenir itu sedang membangun kerajaan ribawinya untuk menjerat para konstituen agar kembali memilih dirinya pada pemilu yang akan datang dan mungkin dengan target yang lebih besar satu desa,dua desa atau mungkin satu kecamatan Cibitung. Dan itu bukan hal mustahil apabila mereka bekerja secara berjamaah dengan kelompoknya. Di Kecamatan Cibitung ada sebuah yayasan sosial dan dakwah BIIMANI yang setiap tahun mengumpulkan dana Zakat,Infaq dan Shodaqoh,mengapa kita tidak  bekerjasama dalam kebaikan untuk membendung hal tersebut.

Ada satu hal yang sangat ironis ketika penulis membaca majalah Tarbawi tentang kisah seorang bapak yang sudah cukup tua dengan sisa umurnya dia mengabdikan diri membantu masyarakat yang kesulitan secara ekonomi.Yang sungguh mengagetkan adalah ketika sang bapak tersebut mengisahkan sebuah kejadian yang mirip kisah diatas pada saat pemilu.Sang bapak tersebut berusaha dengan harta yang dia miliki membantu warga yang terjerat oleh rentenir itu. Dia tidak ingin  kefakiran warga  membuatnya menjadi sebuah kekufuran.

Penulis mencoba mengutip sebuah tulisan Ustadz sarwat dalam kata pengantar buku Islam Liberal 101  karangan Akmal Sjafril, untuk renungan kita semua sebagai berikut :
Kita bukannya tidak mampu membuat counter,hanya saja kita kita selalu bekerja serabutan, tidak pernah fokus pada satu titik hingga pada level profesional.Budaya kerja dakwah kita adalah budaya kerja kuli pelabuhan.Apa saja yang kita kerjakan, yang penting  sibuk dan dapat uang. Ada juga budaya kebetulan dan aji mumpung; mumpung lagi ada kesempatan,dibuatlah program-program. Kalau sedang tidak ada kesempatan, berarti mengerjakan hal-hal yang lain. Ibarat petani musiman, Kalau masuk musim penghujan, ramai-ramai bertani. Kalau tidak ada hujan, mereka masuk kekota menjual nasib, kerja serabutan apa saja sambil menunggu datangnya musim hujan berikutnya.

Dalam sebuah manajemen perusahaan modern mereka memasukan program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bagian dari usaha mereka memajukan perusahaan. Dengan CSR mereka memberikan sebagian profitnya kepada penduduk disekitar perusahaan tersebut berada, dan juga perusahaan tersebut juga memberi sumbangan bencana,beasiswa,dll sebagai bagian dari program CSR-nya. CSR yang mereka jalankan pada inti adalah bagaimana mereka bisa menjaga keberlangsungan usahanya dan juga menarik minat konsumen sehingga menjadi konsumen yang loyal dan setia.

Sungguh menarik apabila konsep CSR ini diterapkan pada sebuah partai menjadi PSR ( Party Social Responsibility). Intinya adalah sama bagaimana kita memberdayakan konstituen/simpatisan sehingga mereka menjadi simpatisan loyal dan setia, bahkan mungkin direkrut menjadi kader.

“Sejak berdiri pada 1998, PKS maju bukan karena figur tokoh yang memimpin, Tapi dibesarkan oleh kader dan konstituen yang setia,” tegasnya  Luthfi Hassan Ishaq, saat dilantik menjadi Presiden PKS periode 2010-2015.

Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan dan kesalahan  dalam tulisan ini. Semoga opini yang tidak bernilai ini,bisa bermanfaat buat DPC untuk melangkah dengan kerja –kerja yang bermanfaat  pada kepengurusan yang akan datang.

Wallahu’alam bishawwab.

Kartika Wanasari,06 Januari 2011.
Holil Sumarna
(Bendahara DPC PKS Cibitung periode 2011 – 2013)
www.pkscibitung.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar