By: Sahabatbaik
Entah mengapa di tengah riuhnya permasalahan di kantor tiba
tiba teringat bahwa ada yang istimewa pada hari ini (8/10). Setiap menulis
tanggal hari ini hanya ada senyum yang terkembang.
Tujuh belas tahun
yang lalu jam sembilan lewat empat puluh lima menit. Ku jabat erat tangan sang
calon mertua. Sebuah prosesi yang sangat suci sebuah perjanjian yang Al Qur’an
menyebutnya “mitsaqan-ghalizha” perjanjian yang agung melaksanakan
pernikahan sebuah sunnah yang di
agungkan oleh Allah SWT.
Terbersit dalam pikiranku untuk membuat sebuah kejutan
kepada bidadari surgaku yang telah bersama-sama mengayuh bahtera
dilautan cinta rumah tangga. Ada cinta
ada sayang ada duka ada amarah ada sabar dan lain-lain, ya itu gelombang lautan cinta dalam rumah tangga. Perkawinan
adalah tempat kita menyimpan amarah dan
duka juga tempat mengekspresikan cinta
dan kesetiaan.
Selepas kerja aku
segera meluncur toko kue membeli kue kecil untuk sebuah tasyakuran
kecil-kecilan untuk keluarga yang telah menjalani tujuh belas tahun bahagia merayakan cinta.
Setahun kemudian cinta itu melahirkan si sulung yang bulannya bersamaan. Kini cinta itu berbuah lima orang anak dengan
sikembar yang sedang menatap kehidupan.
Ba’da magrib kami berkumpul dan berdoa agar senantiasa rumah
tangga ini mendapatkan keberkahan, Sakinah Mawadah Warahmah dan juga anak-anak
kami menjadi anak yang sholeh penerus cita-cita kami.
Akhirnya ku nikmati sebuah bait-bait indah yang ditulis oleh
Ustadz Anis Matta.
Akhir Sejarah Cinta Kita
Suatu saat dalam sejarah cinta kita
Kita tidur saling memunggungi
Tapi jiwa berpeluk-peluk
Senyum mendekap senyum
Suatu saat dalam sejarah cinta kita
Raga tak lagi membutuhkan
Hanya jiwa kita sudah melekat menyatu
Rindu mengelus rindu
Suatu saat dalam sejarah cinta kita
Kita hanya mengisi waktu dengan cerita
Mengenang dan hanya itu
Yang kita punya
Suatu saat dalam sejarah cinta kita
Kita mengenang masa depan kebersamaan
Ke mana cinta kan berakhir
Di saat tak ada akhir
~
M.Anis Matta, Lc ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar