Selasa, 25 September 2012

Merubah Hidup Dengan Belajar




By: Sahabatbaik

Rasyid dan Rasyad
Belajar bukan hanya tugas para pelajar tetapi belajar harus menjadi keinginan setiap orang. Orang yang senang belajar maka hidup akan senantiasa dinamis dan menemukan hal hal yang baru yang  tidak kita ketahui sebelumnya.

Orang yang malas belajar hidup akan seperti air yang tergenang. Stagnan, tidak mengalir dan menimbulkan bau yang tidak sedap.

Belajar adalah ciri orang yang ingin merubah hidup. Karena belajar tidak ada batasan usia, tidak ada batasan ilmu, tidak ada batasan selembar ijazah yang ada adalah kemauan dan tekad  kuat dalam diri menjadi seorang pembelajar.


Seorang bayi adalah contoh pembelajar sejati yang tak kenal putus asa walaupun kedua  orang tua mengkhawatirkan keselamatannya karena fisik bayi yang masih lemah. Dari awal hanya bisa tidur kemudian berguling lalu duduk kemudian merangkak lalu berdiri merambat sampai akhirnya bisa berdiri tanpa sandaran dan tersenyum ketika bisa melangkahkan kaki walaupun cuma selangkah. Entah sudah berapa kali bayi tiu terjatuh dalam belajar menapaki jalan. Begitulah seharus seorang pembelajar sejati.

Seorang pembelajar selain mengambil hikmah dari semangat belajar seorang bayi yang merupakan awal dari kehidupan manusia tapi juga bisa  mengambil hikmah dari seorang penulis dan pemikir muslim terkenal yang tetap semangat belajar meskipun dalam kondisi sakaratul maut. Sebuah kondisi akhir dari kehidupan manusia.

Al-Biruni sosok yang tekun dengan dunia keilmuan dan penulisan buku, memiliki usia yang panjang hingga 78 tahun, wafat  tahun 440 H.  Seorang ulama yang rajin mendulang ilmu untuk diajarkan lagi kepada yang lain. Kesibukan belajarnya dan mengajarnya itu terus dilakukan, walaupun di saat-saat akhir hidupnya.

Dalam sebuah kisah, Al-Faqih Abul hasan Ali bin Isa berkata: “Suatu saat saya menemui Abu Raihan Al Birun, saat tengah sakaratul maut. Nafasnya tersengal-sengal dan dada sesak. Dalam keadaan seperti itu, dia masih sempat bertanya kepada saya. Bagaimana cara perhitungan bagi nenek yang tidak berhak mendapatkan warisan?’ Saya pun memberikan jawaban kepadanya dan dia memahaminya. Setelah itu saya keluar sebentar, dan tiba-tiba terdengar suara tangis dari arah rumahnya. Ternyata, dia telah meninggal dunia”. Wallahu a’lam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar