By: SahabatBaik
Bila saat ini kita
berjalan-jalan diwilayah Kabupaten Bekasi maka kita akan banyak menemui foto
foto narsis para calon kepala desa berikut buah-buahan sebagai lambang untuk
pencoblosan bagi mereka. Dari 182 desa
di 23 kecamatan, 147 diantaranya akan
mengadakan pilkades serentak yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 9
september 2012.
Begitu mudahnya orang berkeinginan dan mencalonkan diri
menjadi pejabat publik, selain kepala desa yang lebih tinggi lagi menjadi
Presiden, Mentri,Gubernur dan Bupati. Terlepas dari apapun motivasi seseorang
tersebut mencalonkan diri apakah didasari oleh niat yang tulus untuk mengabdi
kepada masyarakat atau karena ada udang dibalik
rempeyek, ingin mendapatkan uang atau harta berlimpah yang jelas dengan
adanya demokrasi semua orang punya kesempatan yang sama untuk mengejar itu
semua.
Namun ada satu jabatan publik yang jangankan orang
meliriknya ditawarkanpun orang tidak mau, karena menurut saya inilah sebuah
jabatan yang benar benar ikhlas dan bentuk pengabdian masyarakat tanpa pamrih.
Setidaknya inilah yang saya alami saat ini menjadi KPU (Komite Pemilihan Umum)
Ketua RW di tempat tinggal saya.
Formulir sudah disebar, beberapa orang telah dilobi tapi
ternyata jabatan ini bukan sesuatu yang menarik seperti halnya jabatan publik
lainnya. Padahal ketua RT maupun Ketua RW adalah sebuah jabatan yang bisa
menjadi medan dakwah, ladang amal dan lumbung pahala. Siapa lagi yang akan
menjadi tumpuan masyarakat ketika mengalami kesulitan selain kedua pejabat tersebut, tidak mungkin rasanya masyarakat
mengadu kepada lurah,camat, bupati gubernur sampai presiden sekalipun, kecuali
di jaman kekhalifahan yang empat orang sahabat nabi ,rakyat bisa mengadu
kepada Amirul Mukminin tanpa sekat sekat jabatan.
Justru saat ini mereka para Ketua RT dan RW adalah merupakan
obyek dari para pejabat publik yang memperebutkan jabatanya tersebut. Ketika
mereka mencalonkan diri menjadi lurah,Bupati, Aleg dan sebagainya mereka
dimanfaatkan dan di iming-imingi materi untuk dapat meraup suara. Namun setelah jabatan itu diraih janji
tinggallah janji.
Entah strategi apalagi yang akan dilakukan agar orang
tertarik menjadi ketua RW. Saya coba mengingatkan bahwa bupati yang baru sewaktu kampanye dulu menjanjikan akan memberikan
dana operasional. Memang sudah kadung tidak percaya dengan janji politisi, janji
itupun tidak ada kabar beritanya seperti
menguap dan tak tentu kemana terbangnya
bersama angin.
Ayo siapa yang mau jadi Pak RW……? Pendaftaran masih terbuka.
Tulisan yang bagus yang jarang terpikirkan oleh orang. Teruskan menulis Pak. Nice . . .
BalasHapusTerima kasih TKIT-TPQ BAITUL'AINI yang selalu memberikan komentarnya.
BalasHapus