Rabu, 05 September 2012

Pilkades VS Pil RW




By: SahabatBaik

Bila saat ini  kita berjalan-jalan diwilayah Kabupaten Bekasi maka kita akan banyak menemui foto foto narsis para calon kepala desa berikut buah-buahan sebagai lambang untuk pencoblosan  bagi mereka. Dari 182 desa di 23 kecamatan,  147 diantaranya akan mengadakan pilkades serentak yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 9 september 2012.

Begitu mudahnya orang berkeinginan dan mencalonkan diri menjadi pejabat publik, selain kepala desa yang lebih tinggi lagi menjadi Presiden, Mentri,Gubernur dan Bupati. Terlepas dari apapun motivasi seseorang tersebut mencalonkan diri apakah didasari oleh niat yang tulus untuk mengabdi kepada masyarakat atau karena ada udang dibalik  rempeyek, ingin mendapatkan uang atau harta berlimpah yang jelas dengan adanya demokrasi semua orang punya kesempatan yang sama untuk mengejar itu semua.


Namun ada satu jabatan publik yang jangankan orang meliriknya ditawarkanpun orang tidak mau, karena menurut saya inilah sebuah jabatan yang benar benar ikhlas dan bentuk pengabdian masyarakat tanpa pamrih. Setidaknya inilah yang saya alami saat ini menjadi KPU (Komite Pemilihan Umum) Ketua RW di tempat  tinggal saya.
Formulir sudah disebar, beberapa orang telah dilobi tapi ternyata jabatan ini bukan sesuatu yang menarik seperti halnya jabatan publik lainnya. Padahal ketua RT maupun Ketua RW adalah sebuah jabatan yang bisa menjadi medan dakwah, ladang amal dan lumbung pahala. Siapa lagi yang akan menjadi tumpuan masyarakat ketika mengalami kesulitan selain kedua pejabat  tersebut, tidak mungkin rasanya masyarakat mengadu kepada lurah,camat, bupati gubernur sampai presiden sekalipun, kecuali di jaman kekhalifahan  yang  empat orang sahabat nabi ,rakyat bisa mengadu kepada Amirul Mukminin tanpa sekat sekat jabatan.

Justru saat ini mereka para Ketua RT dan RW adalah merupakan obyek dari para pejabat publik yang memperebutkan jabatanya tersebut. Ketika mereka mencalonkan diri menjadi lurah,Bupati, Aleg dan sebagainya mereka dimanfaatkan dan di iming-imingi materi untuk dapat meraup suara.  Namun setelah jabatan itu diraih janji tinggallah janji.

Entah strategi apalagi yang akan dilakukan agar orang tertarik menjadi ketua RW. Saya coba mengingatkan bahwa  bupati yang baru  sewaktu kampanye dulu menjanjikan akan memberikan dana operasional. Memang sudah kadung tidak percaya dengan janji politisi, janji  itupun tidak ada kabar beritanya seperti  menguap dan tak tentu kemana terbangnya bersama angin.

Ayo siapa yang mau jadi Pak RW……? Pendaftaran masih terbuka.

2 komentar:

  1. Tulisan yang bagus yang jarang terpikirkan oleh orang. Teruskan menulis Pak. Nice . . .

    BalasHapus
  2. Terima kasih TKIT-TPQ BAITUL'AINI yang selalu memberikan komentarnya.

    BalasHapus