Rabu, 27 April 2011

Keimanan dan dunia kerja



By : Al Faqir ilallah “Sahabat baik”
Dunia kerja dengan keimanan seolah olah sesuatu yang tidak senyawa. Sehingga wajar orang bekerja kering dari ruhiyah jauh dari nilai-nilai ibadah.  Antar teman saling sikut, saling fitnah, saling iri ketika mendapatkan kedudukan, berusaha mencari-cari kesalahan dan berbagai macam persoalan yang intinya adalah tidak tercipta hubungan kerja yang harmonis.

Padahal bekerja dapat bernilai  ibadah dihadapan  Allah SWT.  Karena bekerja adalah ibadah sudah selayaknya nilai-nilai keimanan hadir dalam dunia kerja. Disamping untuk memperoleh nafkah yang halal dan baik, bekerja juga merupakan wujud dari rasa ta’awuniyyah (tolong-menolong) sesama muslim atau rekan kerja.

Ketika bekerja tentunya kita akan selalu berinteraksi dengan semua rekan kerja. Kewajiban sebagai seorang pekerja yang telah ditentukan oleh atasan adalah menghasilkan produk yang baik, Bekerja sesuai dengan SOP (Standar Operation Procedure). Ketika nilai keimanan itu hadir dalam bekerja maka kita berusaha bekerja sama dengan semua rekan kerja atau semua bagian untuk menghasilkan produk yang baik bukan sebaliknya,berusaha mencari-cari kesalahan atau membesar-besarkan persoalan kecil.


Islam adalah Din tawazun (keseimbangan). Disuruhnya pemeluknya memperhatikan akhirat, namun jangan melupakan kehidupan dunia. Seluruh anggota tubuh dan jiwa mempunyai haknya masing-masing yang harus ditunaikan. Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Demikianlah kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan (adil) dan pilihan. (Al-Baqarah: 143)

Yang terjadi sekarang adalah akhirat dilupakan justru dunia dikejar-kejar  tiada henti. Sehingga hilang keseimbangan hidup, segala cara diupayakan demi memenuhi ambisi dan nafsu dunia. Yang dibicarakan bukan lagi masalah yang berkaitan dengan keimanan, tapi dunia apa yang sudah dimiliki atau belum dimiliki.

”Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan” (QS Al Fajr : 20).
Rasullah menyebutnya dalam sebuah hadist , ” Andai anak adam (Manusia) memiliki satu lembah emas, tentu ia mengharap memiliki satu lembah lagi selainnya, tiada yabg dapat menyumpal (keinginan) matanya itu kecuali tanah”.

Ketika kita berusaha membina diri agar memiliki keimanan yang kuat maka kita akan berusaha pula minimalkan tarikan-tarikan dunia dan tidak menyibukkan diri dengan kenikmatan dunia,  tetapi mengkonsentrasikan perhatian pada akhirat dan keridhaan Allah.  Alangkah butuhnya kita pada nilai-nilai tersebut, terutama pada masa kini, dimana  manusia  mencurahkan segenap kemampuannya mengumpulkan harta memenuhi tuntutan hidup dengan berbagai cara  yang kita saksikan saat ini, ada yang dengan jalan menipu, menghipnotis atas nama perjuangan agama, membobol rekening bank milik kliennya bahkan dengan jalan manipulasi pajak atau korupsi dengan berbagai dalih.  Mereka saling berlomba dalam menaikkan harga kebutuhan dan mencari harta untuk mengimbanginya.  Mereka ciptakan sarana-sarana modern dan canggih yang menggoda manusia menyibukkan diri dengan barang-barang sekunder sehingga berusaha untuk memilikinya walaupun belum tentu membutuhkannya. Semua itu mengkondisikan manusia untuk bergelimang dalam kemewahan dan cinta dunia ,  seolah-olah dunia inilah kehidupan yang sesungguhnya.   

Ada baik ditengah kehidupan yang fatamorgana ini kita berusaha memperbaharui keimanan dan menjadikan keimanan sebagai pegangan hidup kita dimanapun kita berada,di kantor,di pabrik , di pasar dan dirumah,dll. Janganlah keimanan itu hanya kita belenggu ketika kita berada dimasjid atau majlis-masjlis ta’lim.  Kalau seperti itu sama saja kita seperti apa yang disindir dengan sebuah sinetron di televisi ” Islam KTP”.

Marilah kita sama-sama berdoa kepada Allah agar dapat meneguhkan iman kita sampai akhir hayat, ” Wahai Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu) :  ”Berimanlah kamu kepada Rabb-mu” ,Maka kamipun beriman.  Wahai Rabb kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.  Wahai Rabb kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau.  Dan jangan Engkau hinakan  di hari kiamat.  Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji. ” (Ali Imron : 193-194).  Wallahu a’lam.

Kartika, 26 April 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar