“Hei mau kemana kamu,” hardik seorang tentara israel
kepada bocah kecil palestina.
“Aku mau sekolah, tolong beri jalan,” jawab
bocah kecil lantang seperti tidak ada rasa takut dengan tampang sangar tentara
israel padahal mereka juga bersenjata.
“Hari ini tidak ada sekolah, libur. Lebih baik
pulang saja,”
“Apa...?, sampai aku berangkat tidak ada
informasi kalau sekolah libur, jadi beri saya jalan untuk sekolah,”
Tiba tiba dari arah belakang ada seorang lagi
anak kecil yang datang sambil berteriak dan bertanya.
“Heeeiii......!,Kareem ada apa, apa yang terjadi.”serunya
Yang dipanggil langsung menoleh dan tersenyum
bertemu kawannya. “Heiii….., Hamdan ini kita tidak boleh masuk sekolah oleh para zionis, padahal
tidak ada pengumuman dari sekolah kalau hari ini libur.”
“Oh, begitu. Kita usir saja dengan batu supaya
mereka pergi. Sebentar lagi kawan kawan kita juga datang untuk membantu.”
“Heiii..!, zionis menyingkirlah dari sini
biarkan kami berangkat sekolah kalau tidak maka kami akan timpuk dengan batu,”
seru hamdan lebih berani dari kareem.
“Ha...ha...ha..., hai setan kecil kami tidak
takut dengan tipukan batumu.”
“Oh, begitu ya. Ayo kita timpuk nereka kareem,
tuh kawan kawan kita sudah datang.”
“Baiklah, Bismillahrohmanirrohim, Allah Akbar....!!!,”
teriak kareem sambil menimpuk batu. Temannya yang baru datang juga melakukan
hal yang sama.
Tentara israel yang sombong rupanya meraka
belum siapa ketika mendapatkan serangan batu dari anak anak kecil palestina. Terlihat
mereka belingsatan mencari perlindungan.
“Hei...kawan kau tembak saja bocah bocah
supaya mereka lekas mati dan kita tidak ditimpuki batu.”
Seorang yang dipanggil kawan itu terlihat
emosi dengan ajakan kawannya juga. “Tidak bisa kawan, mereka hanya melawan
dengan batu kenapa harus kita lawan dengan tembakan, aku tak tega dan juga ini
melanggar HAM apa kata dunia nanti tentang negara kita.”
“Alah, persetan dengan HAM, hei kawan apakah
kamu lupa bahwa ajaran agama kita halal untuk membunuh bocah bocah palestina itu,” tukas sang tentara muda yang terbakar emosi.
Prajurit muda itu mengokang senjatanya dan
bersiap siap untuk menembak anak anak palestina. Baru saja dia ngintip dari tempat
persembunyiannya. Sebuah batu seukuran kepal orang dewasa mendarat mengenai tepat
dimata kanannya.
“Aaaahhhh....., toloooonnnng..mataku kena
mataku kena....!!,” teriaknya. Seorang
kawannya langsung berlari untuk memberikan pertolongan.
“Ayo kita mundur, yang lain
mundur...mundur....,” teriak serdadu muda pada kawan kawannya sambil memapah serdadu
yang terluka kena timpuk batu.
Melihat tentara zionis mundur, seketika Kareem bertakbir merayakan
kemenangan yang di ikuti oleh teman teman yang lain.
“Allah Akbar2x walillahilham...., tentara
zionis sudah mundur kawan kita tetap bisa sekolah hari ini,” seru kareem.
Merekapun berlarian kearah bangun sederhana
yang tak layak disebut sekolah. Nampak dindingnya sebagian retak dan bolong
akibat hantam bom dari pasukan zioanis israel.
Seorang wanita tua dengan tangis haru
menjemput mereka yang masih gigih bersekolah walaupun rintangan yang dihadapi adalah para tentara
durjana dan nyawa menjadi taruhannya.
Guru yang setia mengajarkan ilmu kepada
generasi muda palestina, bersegera mengajak anak anak untuk masuk kedalam
kelas. Mereka harus segera belajar karena waktu mereka terbatas belum lagi
bahaya serangan mengintai jadi tidak ada lagi waktunya untuk bermain main dalam
belajar.
Setelah beberapa jam mereka lalui dalam
belajar. Tanpa mereka sadari dan tanpa mereka dengar serine tanda serangan
udara dari pasukan zionis tiba tiba....!
“Daaaaaarrrrrrrr......!!!!!!!!!!!!!!!.” sebuah
bom dari pesawat udara zionist langsung meluluh lantahkan sekolah tempat anak
anak palestina itu belajar.
Anak anak yang sedang belajar dan mereka tidak
menyadari ada serangan karena biasanya ada bunyi serine yang dipasang oleh otoritas
setempat, tanda serangan udara. Namun serine itu tidak berbunyi jadilah mereka
yang didalam kelas bergelimpangan tewas terkena serangan Bom. Rupanya pasukan zionis sudah menyabot alarm serangan tersebut.
..........................................................
Seminggu setelah serangan tersebut nampak dua
orang anak palestina memandang dari jendela rumah sakit kearah sekolah yang
habis dibombardir oleh zionis israel.
Setelah dievakuasi korban bom sekolah itu
ternyata ada beberapa anak yang nyawanya bisa diselamatkan namun mereka tidak
bisa hidup sempurna seperti sebelumnya.
Mereka adalah kareem bocah pemberani yang kini
cacat kehilangan tangan kiri dan mata
kirinya dan yang seorang lagi adalah hamdan yang kehilangan kedua kakinya hanya
nampak sebatas lutut.
Dari arah belakang seorang Dokter relawan kemanusiaan dari sebuah negara yang mayoritas muslim
terbesar didunia menghampiri mereka.
“Assalamualaikum adik
adik.., bagaimana kondisi hari ini,” tanya sang dokter.
“Alhamdulillah, kami
baik baik saja pak dokter,” jawab kareem.
“Kalian sedang apa ?.”
tanya dokter lagi
“Kami ingin melihat
sekolah kami lagi,” kali ini hamdan yang menjawab.
“Oh…,kalian masih
ingin sekolah.”
“Ya, saya ingin
menuntaskan hafalan qur’an saya yang kurang 2 juz lagi dan saya ingin terus
sekolah sehingga kami bisa merebut negara kami,” jawaban tegas kareem tanpa
rasa sedih ataupun takut padahal mereka baru saja dihantam bom.
“Saya juga,hafalan tinggal 4 juz lagi,” seru hamdan.
Mata dokter relawan
itu berkaca kaca dan hampir saja air matanya jatuh menetes keburu disekanya
dengan saputangan. Dokter itu terharu dengan ketegaran,keberanian dan keinginan
yang kuat untuk belajar disekolah. Dia teringat dengan dua anak kembarnya yang
kadang kadang amat susah untuk berangkat sekolah dengan berbagai alasan.
Kartika Wanasari, 8
oktober 2017
Dongeng pengantar
tidur untuk Rasyid dan Rasyad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar