By: SahabatBaik.
Gunung Haruman dibelakang rumahku |
Pada liburan akhir tahun 2012 yang cukup panjang saya
berkesempatan berlibur pulang kampung ke Garut. Sebuah kesempatan yang sangat
langka mengingat kepadatan kerja dan berbagai aktivis yang selalu menghantui
dari hari ke hari.
Ada rasa gembira ketika mengunjungi Kampung halaman di
Kabupaten garut. Keindahan alam Garut sangat
dikagumi oleh orang orang Belanda dan Eropa tempo dulu sehingga mereka memberi
julukan Swiss Van Java karena mengingatkan mereka akan negara Swiss. Sampai
kini pun keindahan garut sangat menarik perhatian orang-orang luar garut yang
berkunjung. Apalagi setelah makin banyaknya objek wisata di kabupaten Garut
seperti tempat permandian air panas yang terdapat di dua wilayah yaitu cipanas
garut dan Puncak Drajat yang selalu ramai dikunjungi orang setiap musim liburan
tiba
Demikian juga dengan oleh-oleh khas garut yang telah menjadi
ikon, ingat garut maka ingat dodol. Banyak juga orang yang belum tahu bahwa
dodol garut pun sekarang mempunyai bentuk dan rasa baru dari rasa dodol yang
konvensional menjadi lebih modern lagi yaitu chochodot (baca:cokodot), coklat
yang dibalut oleh dodol. Kemudian orang juga banyak mengenal Domba Garut yang
merupakan jenis domba unggulan. Garut juga merupakan sentra penyamakan kulit
yang cukup terkenal dengan produk Jaket dan berbagai asesoris yang terbuat dari
kulit sapi maupun domba/kambing.
Domba Garut |
Namun kini berita tentang keindahan Garut dan aneka cerita
manis tentang garut sedikit terkontaminasi oleh berita yang tidak sedap tentang
prilaku orang nomer satu di Kabupaten Garut.
Sampai saat ini Bupati Garut telah dituntut mundur
dari jabatannya oleh masyarakat Garut itu sendiri atas ketidakpatutan Bupati
terhadap etika,adab dan norma sosial yang telah beliau coreng. Pun demikian
dengan DPRD Kabupaten Garut yang merekomendasikan pemberhentian sang bupati dan
telah diajukan ke MA.
Ada yang menarik ketika saya pulang kampung ke Garut. Belum
ikhlasnya bupati untuk mengundurkan diri, belum keluarnya fatwa MA untuk
pemberhentian bupati, namun kini banyak bertebaran foto-foto narsis yang
menyatakan diri mereka sebagai calon bupati garut. Foto itu tersebar dengan
berbagai slogan serta dukungan dan tentunya janji-janji manis mereka kepada
rakyat apabila terpilih jadi bupati.
Menanam padi |
Terlepas dari pernyataan sang Bupati Aceng Fikri yang menyatakan adanya politisasi tekait permintaan mundur
dirinya. Adalah menjadi hak warga Garut untuk menyatakan kesiapatan mereka
untuk memperbaiki Kabupaten Garut dari kebobrokan pembangunan serta perbaikan
etika dan prilaku pemimpinnya dengan memilih pemimpin yang baru.
Hanya saja saran saya sebagai perantau dari Garut agar
masyarakat lebih cerdas dalam memilih pemimpin jangan sampai warga garut
terjeblos tiga kali pada lubang yang sama dalam memilih pemimpinnya, karena Bupati
sebelumnya lengser karena
terlibat korupsi dan Bupati saat ini kemungkinan lengser karena wanita. Kalau ini
terjadi bukan hanya warga yang digarut saja yang merasakan malu akibat prilaku
tidak terpuji dari dua bupat itu, kamipun yang berada di perantauan sangat malu
akan hal itu. Hampir disetiap pojok warung kopi,ataupun obrolan tentang Garut
maupun ketika kami mengakui sebagai ASGAR (Asli Garut) maka yang terbayang
dibenak orang adalah prilaku jelek Sang Bupati Aceng Fikri.
Kepada warga garut apabila ditakdirkan untuk memilih kembali
bupati yang baru maka pilihlah yang berakhlak baik dan sholeh semoga dengan dua
kriteria tadi bisa mencegah sang bupati tergoda oleh 3 T (Harta,Tahta,Wanita)
sebagaimana bupati sebelum-sebelumnya. Pilihlah bupati yang bersih, peduli dan profesional. Pilihlah
bupati dari partai yang tidak satupun kadernya terlibat korupsi seperti yang disampaikan
peneliti korupsi politik ICW, Apung Widadi dalam jumpa pers "Outlook
Korupsi Politik 2013" di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Jumat (28/12).
Pilih bupati dari partai yang Pantang Korupsi dan Sogokan. Pilihlah bupati yang
akan membawa garut berkeadilan dan Kesejahteraan.
Semoga Allah menolong
warga Kabupaten Garut ke arah yang lebih baik.
Wallahu a’lam Bishawwab.
Cibitung, 1 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar