By: sahabatbaik
Dalam Islam seorang wanita yang menjadi ibu adalah tokoh sentral dalam pendidikan anak
atau generasi penerus kehidupan ummat manusia. Bukan hanya dalam skala rumah
tangga saja bahkan negara hingga skala
dunia. Namun apa jadi seorang ibu yang merupakan madrasah/sekolah buat anak-anaknya untuk mengajarkan keimanan,
Akhlak dan moral yang baik berubah menjadi “Mother Monster” atau ibu raksasa
yang konotasinya negatif makhluk yang
jahat.
Sepele sekali kelihatannya hanya sekedar julukan tapi apakah
kita sadari julukan yang disematkan itu bukan sekedar julukan tapi sebuah label
yang mencerminkan budaya, ideologi serta peradaban yang dia usung. Kita sudah
mafhum bahwa di era globalisasi saat ini sedang terjadi perang budaya dan
peradaban, Budaya timur vs budaya barat,
religius vs liberalisme.
Lantas apa jadinya kita sebagai orang tua maupun yang belum
menjadi orang tua akan membiarkan diri dan anak-anak kita menjadi orang yang
kalah dan dijajah oleh peradaban barat dengan liberalismenya. Tidak cukupkah
kita menbaca sejarah bagaimana bangsa kita menderita akibat penjajahan yang
dampaknya masih terasa sampai saat ini.
Jadi kita para bapak dan ibu jangan takut dan ragu untuk
menolak kehadiran Lady Gaga atau si Mother Monster ini. Apakah penolakan itu
sebuah pelanggaran HAM dan mengekang kebebasan. Tidak tepat kiranya HAM
dijadikan alasan karena HAM itu sendiri telah ditafsirkan secara sepihak oleh
negara negara barat untuk menindas negara negara lemah yang kebanyakkan
negara-negara muslim.
Ada
yang berkilah tiga jam pertunjukan tidak mungkin akan meruntuhkan moral bangsa. Persoalan bukan hanya pada
waktu dan jam tapi ini sama saja sebuah pembiaran terhadap penampilan seorang
artis yang menyerupai simbol-simbol pemujaan setan belum lagi penampilan
seronok dan pergaulan bebas yang
diusungnya. Hal ini akan menjadi sebuah pembenaran yang akan di ikuti
oleh para penggemarnya.
Belum lagi media-media yang memperkecil persoalan
seolah-olah penolakan ini hanya FPI vs Lady Gaga. Media sekelas Reuters pun
mengasumsikan demikian. Padahal ada banyak orang tua dan orang-orang muslim
yang masih memiliki keimanan dihatinya yang menolak kehadiran si pemuja setan
ini. Bahkan di Filipina dan Korea Selatan pun ada penolakan yang dilakukan oleh
mereka yang beragama kristen. Inilah salah satu bentuk kebebasan yang diusung,
bebas untuk menistakan agama.
Kapitalisme yang merupakan saudara kandung dari liberalisme
membuat industri musik yang sedang menggeliat di negara kita dimanfaatkan oleh
para promotor musik untuk menanggung sebanyak-banyaknya untung dengan mendatangkan
artis artis tanpa memikirkan
implikasinya terhadap Akhlak, budaya dan moral bangsa.
Para orang tua khususnya
para pemimpin negeri ini, segeralah berpikir dan bertindaklah agar anak-anak kita tidak dilahirkan menjadi
“Little Monster” dari rahim “Mother Monster” karena menjadi fans Lady Gaga yang
mengusung lagu The Born This Way Ball sebuah lagu bertemakan
kebebasan bagi kaum gay, lesbian,dll.
Dalam ilmu parenting kenakalan seorang anak adalah akibat
dari orang tua yang tidak menyadari
bahkan tidak mengetahui proses perkembangan tahap demi tahap sebuah prilaku
anak menjadi kenakalan baru dan orang tua sering kali tidak mampu
mengidentifikasi terhadap prilaku anak. Jangan
biarkan anak-anak kita yang akan menjadi generasi penerus bangsa ini menjadi
generasi pembebek yang tidak punya harga diri. Terbukti ketika Justien Bieber
datang ke indonesia
yang disambut hangat oleh para penggemarnya justru dia melecehkan negara ini
dengan menyebut negara acak atau negara yang
tidak jelas (Random Country). Harga
sebuah pengidolaan yang dibayar murah dengan pelecehan harga diri bangsa.
Kartika Wanasari, 20 Mei 2012
Nice post . . . Nice Issue. Good
BalasHapusNice Thank's
BalasHapusbagus sekali bang....
BalasHapusTerimakasih bang Roni kita harus suarakan opini jangan kalah sama orang orang liberal
BalasHapus