Minggu, 08 Oktober 2017

Jangan Halangi Kami Sekolah


“Hei mau kemana kamu,” hardik seorang tentara israel kepada bocah kecil palestina.

“Aku mau sekolah, tolong beri jalan,” jawab bocah kecil lantang seperti tidak ada rasa takut dengan tampang sangar tentara israel padahal mereka juga bersenjata.

“Hari ini tidak ada sekolah, libur. Lebih baik pulang saja,”

“Apa...?, sampai aku berangkat tidak ada informasi kalau sekolah libur, jadi beri saya jalan untuk sekolah,”

Tiba tiba dari arah belakang ada seorang lagi anak kecil yang datang sambil berteriak dan bertanya.
“Heeeiii......!,Kareem ada apa, apa yang terjadi.”serunya

Yang dipanggil langsung menoleh dan tersenyum bertemu kawannya. “Heiii….., Hamdan ini kita tidak boleh masuk sekolah oleh para zionis, padahal tidak ada pengumuman dari sekolah kalau hari ini libur.”

“Oh, begitu. Kita usir saja dengan batu supaya mereka pergi. Sebentar lagi kawan kawan kita juga datang untuk membantu.”

“Heiii..!, zionis menyingkirlah dari sini biarkan kami berangkat sekolah kalau tidak maka kami akan timpuk dengan batu,” seru hamdan lebih berani dari kareem.

“Ha...ha...ha..., hai setan kecil kami tidak takut dengan tipukan batumu.”

“Oh, begitu ya. Ayo kita timpuk nereka kareem, tuh kawan kawan kita sudah datang.”

“Baiklah, Bismillahrohmanirrohim, Allah Akbar....!!!,” teriak kareem sambil menimpuk batu. Temannya yang baru datang juga melakukan hal yang sama.



Tentara israel yang sombong rupanya meraka belum siapa ketika mendapatkan serangan batu dari anak anak kecil palestina. Terlihat mereka belingsatan mencari perlindungan. 

Dari balik perlindungan terjadi perdebatan sesama mereka untuk segera mengakhiri serangan batu itu.
“Hei...kawan kau tembak saja bocah bocah supaya mereka lekas mati dan kita tidak ditimpuki batu.”

Seorang yang dipanggil kawan itu terlihat emosi dengan ajakan kawannya juga. “Tidak bisa kawan, mereka hanya melawan dengan batu kenapa harus kita lawan dengan tembakan, aku tak tega dan juga ini melanggar HAM apa kata dunia nanti tentang negara kita.”

“Alah, persetan dengan HAM, hei kawan apakah kamu lupa bahwa ajaran agama kita halal untuk membunuh bocah bocah palestina itu,” tukas  sang tentara muda yang terbakar emosi.

Prajurit muda itu mengokang senjatanya dan bersiap siap untuk menembak anak anak palestina. Baru saja dia ngintip dari tempat persembunyiannya. Sebuah batu seukuran kepal orang dewasa mendarat mengenai tepat dimata kanannya. 

“Aaaahhhh....., toloooonnnng..mataku kena mataku kena....!!,” teriaknya.  Seorang kawannya langsung berlari untuk memberikan pertolongan.


“Ayo kita mundur, yang lain mundur...mundur....,” teriak serdadu muda pada kawan kawannya sambil memapah serdadu yang terluka kena timpuk batu.

Melihat tentara zionis mundur, seketika Kareem bertakbir merayakan kemenangan yang di ikuti oleh teman teman yang lain.

“Allah Akbar2x walillahilham...., tentara zionis sudah mundur kawan kita tetap bisa sekolah hari ini,” seru kareem.

Merekapun berlarian kearah bangun sederhana yang tak layak disebut sekolah. Nampak dindingnya sebagian retak dan bolong akibat hantam bom dari pasukan zioanis israel.

Seorang wanita tua dengan tangis haru menjemput mereka yang masih gigih bersekolah walaupun rintangan yang dihadapi adalah para tentara durjana dan nyawa menjadi taruhannya.

Guru yang setia mengajarkan ilmu kepada generasi muda palestina, bersegera mengajak anak anak untuk masuk kedalam kelas. Mereka harus segera belajar karena waktu mereka terbatas belum lagi bahaya serangan mengintai jadi tidak ada lagi waktunya untuk bermain main dalam belajar.

Setelah beberapa jam mereka lalui dalam belajar. Tanpa mereka sadari dan tanpa mereka dengar serine tanda serangan udara dari pasukan zionis tiba tiba....!

“Daaaaaarrrrrrrr......!!!!!!!!!!!!!!!.” sebuah bom dari pesawat udara zionist langsung meluluh lantahkan sekolah tempat anak anak palestina itu belajar.

Anak anak yang sedang belajar dan mereka tidak menyadari ada serangan karena biasanya ada bunyi serine yang dipasang oleh otoritas setempat, tanda serangan udara. Namun serine itu tidak berbunyi jadilah mereka yang didalam kelas bergelimpangan tewas terkena serangan Bom. Rupanya pasukan zionis sudah menyabot alarm serangan tersebut.

..........................................................



Seminggu setelah serangan tersebut nampak dua orang anak palestina memandang dari jendela rumah sakit kearah sekolah yang habis dibombardir oleh zionis israel.

Setelah dievakuasi korban bom sekolah itu ternyata ada beberapa anak yang nyawanya bisa diselamatkan namun mereka tidak bisa hidup sempurna seperti sebelumnya.

Mereka adalah kareem bocah pemberani yang kini cacat  kehilangan tangan kiri dan mata kirinya dan yang seorang lagi adalah hamdan yang kehilangan kedua kakinya hanya nampak sebatas lutut.

Dari arah belakang seorang Dokter relawan kemanusiaan dari sebuah negara yang mayoritas muslim terbesar didunia menghampiri mereka.

“Assalamualaikum adik adik.., bagaimana kondisi hari ini,” tanya sang dokter.

“Alhamdulillah, kami baik baik saja pak dokter,” jawab kareem.

“Kalian sedang apa ?.” tanya dokter lagi

“Kami ingin melihat sekolah kami lagi,” kali ini hamdan yang menjawab.

“Oh…,kalian masih ingin sekolah.”

“Ya, saya ingin menuntaskan hafalan qur’an saya yang kurang 2 juz lagi dan saya ingin terus sekolah sehingga kami bisa merebut negara kami,” jawaban tegas kareem tanpa rasa sedih ataupun takut padahal mereka baru saja dihantam bom.

“Saya juga,hafalan  tinggal 4 juz lagi,” seru hamdan.

Mata dokter relawan itu berkaca kaca dan hampir saja air matanya jatuh menetes keburu disekanya dengan saputangan. Dokter itu terharu dengan ketegaran,keberanian dan keinginan yang kuat untuk belajar disekolah. Dia teringat dengan dua anak kembarnya yang kadang kadang amat susah untuk berangkat sekolah dengan berbagai alasan.

Kartika Wanasari, 8 oktober 2017
Dongeng pengantar tidur untuk Rasyid dan Rasyad



Tidak ada komentar:

Posting Komentar